Thursday 26 June 2008

Agung Wahyudi

Saya Agung Wahyudi, PL 2000. Saat ini saya sedang menempuh studi di program Physical Land Resources, di Universiteit Ghent, Belgia.

Bagaimana saya bisa sampe ke Belgia?

Saya lulus dari plano itb bulan oktober tahun 2004. Kemudian langsung di “tarik” utk membantu pengerjaan proyek-proyek bersama bpk dosen-dosen kita itu, sambil meminta izin utk mencantumkan status “research asistant” di Laboratorium Infrastuktur SAPPK ITB.

Lumayan untuk daftar-daftar beasiswa -- bathin saya bilang bgitu.

Mencoba beasiswa "sejuta umat", STUNED, gagal dua kali, ADS ditolak karena bukan PNS, NTNU jg ga diterima, dan Alhamdulillah diterima oleh beasiswa dari VLIR.

Kenapa ke Belgia?

Setelah berkali-kali gagal mencoba beasiswa, ada kawan, Ryan'94, menyarankan utk mencoba VLIR, berhubung adik iparnya juga diterima VLIR.

Usul diterima.

Download form pendaftaran VLIR, urusan biasa, jaringan internet di kampus, dan status “research assistant” membebaskan saya utk berlama-lama di lab, bahkan sampai besok paginya. Ya iya, karena saya pegang kunci ruangan, dan udah cs banget lah sama satpam akuarium.

VLIR hanya menawarkan 16 program dalam bahasa inggris yang tersebar di 4 universitas: Univ.Antwerpen, Ghent, Leuven, VUB Brussels. Ada 2 pilihan yang paling cocok: human ecology dan physical land resources. Yang pertama sebenarnya benar-benar cocok utk planologi seperti saya, tapi hanya 1 tahun. Belum tentu diakui sebagai master. Untuk pilihan yang kedua, satu-satunya alsan tertariknya adalah karena ada GIS-nya

Saya tutup mata saja, jurusan ini sebenarnya mempelajari tentang “soil science utk agriculture”.

Trus gimana?

Alhamdulillah tahun pertama berlangsung dengan mulus-mulus saja, sedikit hambatan yaitu tentang terminologi yg dipakai untuk soil science seperti chelation, complexation, kaolinitik, pf curve, pedotransfer function, hampir-hampir buat gila,,. tapi karena sudah dari dulu, ya sudah lah.

Semester kedua, seperti yg diharapkan ada GIS-nya, alhamdulillah dapet bagus. Semester ketiga ada geostatistik, Alhamdulillah juga dapet bagus, 10 dari 20,,, hampir aja ga lulus.

Oiya, sistem penilainan di UGent adalah 20 merupakan nilai maximal. Jadi kalo anda dapet dibawah 10, anda ga lulus. Di atas dan termasuk 10, lulus. Jadi jangan bangga/seneng dulu kalo anda dikasih nilai 9 di kertas exam anda, karena itu tandanya anda ga lulus!!

Sekarang Ngapain?

Berusaha mengerjakan tesis, melatih menulis dalam bahasa inggris, sharing hal-hal sederhana tentang GIS. Meng-komentari hal-hal sederhana dalam kehidupan saya, mengekspresikan hobby saya dalam rekam-merekam dan foto-foto tempat di googleEarth palagi yak,,, Nyari-nyari phd, kerja, lagi sok-sokan pengen bisa maen rollerblade, bahasa belanda, bahasa perancis.

Kenapa ikutan milist?

Alhmdulillah ada manfaatnya.

Tuesday 24 June 2008

Pentingkah publikasi?

Mengapa presentasi/publikasi?

Selain motivasi pribadi - baik mengangkat nama sendiri maupun institusi tempat kita berafiliasi, ataupun menaikkan pangkat - tentunya, fungsi publikasi dan presentasi di seminar adalah untuk mendiseminasikan hasil riset ke pihak lain (para pengguna). Seminar juga dapat digunakan sebagai wahana untuk capacity building, melalui komunikasi antar peneliti, belajar dari orang lain tentang penelitian dan isu-isu terbaru di bidang kita, dan membangun jaringan.

Monograph- vs paper-based PhD tracks

Secara umum, ada dua trayek s3:
1) Sistem disertasi (monograf). Ini merupakan sistem yang paling konvensional, sudah lama diterapkan di banyak universitas.
2) Sejak dekade-dekade terakhir, mulai banyak universitas mendorong s3 berupa kumpulan makalah. Sebenarnya yang paling dikejar adalah makalah di jurnal internasional, karena bobotnya tinggi utk mengangkat ranking universitas. Di Belanda misalnya, ada metode s3 yang syarat kelulusannya "hanya" mengharuskan publikasi 4 makalah dalam kurun waktu 4 tahun studi. Jadi masing2 paper itu (yang telah dipublikasi) nanti dibundel dan otomatis dianggap menjadi satu disertasi sendiri.

Pada dasarnya untuk s3 dan s2 by research, publikasi jurnal dan menjadi pembicara dalam seminar adalah dua hal yang penting, terutama untuk track 2 (s3 by paper). Paling tidak, publikasi jurnal dan menjadi pembicara dapati dijadikan sks (kredit).

Perlukah presentasi/publikasi?

Bagi akademisi, publikasi itu penting karena memiliki bobot yang tinggi untuk menaikkan pangkat, terutama publikasi jurnal. Bagi birokrat, partisipasi di seminar bisa menjembatani dunia praktis dengan dunia akademisi dan untuk meng-update ilmu. Akan tetapi, bagi seorang birokrat, publikasi sepertinya kurang terlalu disorot untuk kenaikan pangkat (meskipun tetap ada point-nya untuk kenaikan pangkat). Pencapaian angka kredit lebih ditekankan kepada "masa waktu pengabdian" daripada keaktifan menulis di jurnal atau pembicara seminar. Hal ini karena birokrat keutamaanya bukan menulis dan mengajar, tetapi kemampuan birokratif dan networking. Untuk praktisi seperti LSM atau konsultan, publikasi kurang penting. Bagi mereka, yang lebih penting adalah practical experience. Lama pengalaman kerja akan lebih penting dibandingkan jumlah publikasi. Namun, seminar tetap relevan. LSM banyak memiliki pengetahuan yang "fresh", karena langsung bersentuhan dengan hal-hal praktis, yang penting untuk dibagikan. Untuk konsultan, ajang-ajang yang lebih relevan mungkin pameran-pameran, bukan seminar. Dengan pameran, mereka bisa display produk-produk mereka dan juga cross exposure dengan produk-produk lain. Namun, meskipun bukan akademisi, selama sekolah kita berarti berada di lingkungan akademik sehingga sebaiknya tetap mengikuti sistem yang ada didalamnya.

Kontributor: Kinoy, Enta, Agung '01, Saut, Adiwan, Delik
Editor: Delik