Wednesday 26 March 2008

Akino: Environmental Science and Tech

Nama saya Akino M. Tahir atau dipanggil Akino/Qnoi. Saya alumni PL '99 ITB (S1). Sekarang aktivitas saya adalah sebagai student, tanpa afiliasi (tidak terikat institusi apapun di Indonesia). Minat saya terkait dengan environmental planning, community planning, youth and development. Motivasi bergabung dengan milis: biar gak ketinggalan jaman dongg.. :D.

Setelah mengikuti program riset student 2006-2007 di Tokyo Institute of Technology (TIT/Tokyo Tech), Jepang, saya langsung melanjutkan ke program master di universitas yang sama, jurusan Environmental Science and Technology, Interdisciplinary Graduate School of Science and Engineering, tepatnya di Harashina Lab. Riset saya tentang potensi dampak kegiatan emergency response pada environment (environment, social, health).. sedang dalam taraf memfokuskan riset... Program ini sifatnya interdisciplinary, jadi banyak tambahan wawasan dari bidang2 ilmu lainnya, dan bisa ngeliat keterkaitan satu bidang ilmu dengan bidang lainnya.. untuk universitas, skarang udah ada program percepatan untuk master dan doktor yang selesai dalam waktu 4 tahun, selain itu juga S3 di tokodai udah gratis. Tapi, kalo gak ngerti bahasa jepang, gak guna juga sih.. hehehe.. soalna semuanya dalam bahasa jepang... tapi skarang udah ada program untuk international student jadi yang gak bisa bahasa jepang bisa ngambil program ini.

Sekolah di jepang menurut saya lebih tidak banyak tuntutannya dibandingkan di negara lain, bahkan dibandingkan indonesia, disini harus pinter2 men-challenge diri sendiri supaya bisa dapet ilmunya, karna terus terang, *mungkin juga karna lab saya gak internasional jadi ada kendala bahasa*, di jepang kita gak ditantang untuk berpikir kritis.. untuk beasiswa dan biaya hidup, saya bisa bilang bahwa kalo udah datang ke jepang, nyari beasiswa itu gak sulit, asal kita usaha. kalopun gak dapet beasiswa, dengan part-time job (yang maksimal 28 jam seminggu), kita udah bisa bertahan dan membayar biaya sekolah sendiri.. :)..

Informasi tambahan :
Gender : F (kali aja blum tau)

Monday 24 March 2008

Iche: disaster management

Risye Dwiyani, atau dikenal dengan panggilan Iche (plus kadang2 dikasih orang embel2 Juice, jadi es jus, atau Trisnawati, hehe), adalah alumni Plano ITB (S1) angkatan 1999. Dahulu, ketika TA, Iche mengerjakan sesuatu yang ternyata kurang dijiwainya.. hehe yaitu transport. Setelah mendapat inspirasi dari pengalaman sesudah iche lulus tahun 2004 dari ITB (dan sebelum Tsunami 2004), Iche memutuskan untuk berkelana di bidang Disaster Management. Terbanglah Iche ke dunia serba mini, Jepang, karena saat saya dapat inspirasi pertama kalinya untuk menggeluti bidang itu juga, dapatnya dari Jepang, dari Disaster Prevention Center untuk masyarakat setempat belajar ttg disaster dan responnya dengan ruang2 simulasinya, yang ada hampir di semua kota besar. Apalagi setelah Tsunami 2004, Iche tambah semangat untuk menimba ilmu dan pengalaman di bidang disaster management.
Iche memulai program S2-nya, di Jurusan Urban Management, Kyoto University bulan April 2006, setelah menjadi research student selama setahun (most of the time belajar bahasa jepang). Tergabung di Research Center for Disaster Reduction Systems dibawah supervisi Prof. Norio Okada. Lab ini banyak terkait dengan unsur sosial dan ekonominya, seperti risk communication, community resilience, social network, risk finance, dan pemodelan ekonomi. Iche sendiri saat ini belajar mengenai risk communication, tepatnya disaster education for children. Banyak menggunakan statistik, mungkin akan menggunakan qualitative research juga, dan kadang2 menyentuh bidang applied psychology (masih belajar sekarang). Dari dulu ingin belajar GIS tapi belum kesampean, hehe, bidangnya sekarang benar-benar tidak spasial (walaupun bisa dibuat spasial). Mungkin Iche harus belajar dengan teman2 yang ada di Belanda sana.
Sesuai dengan minatnya, diluar kegiatan akademik, Iche juga tergabung di KIDS circle, kumpulan mahasiswa dan staf Kyoto University yang tertarik untuk berbagi pengetahuan tentang disaster mechanism dan response ke anak-anak, di Jepang dan Indonesia.
Terima kasih untuk Tim Moderator PL ITB Abroad ini, semoga dengan ini kita bisa menjalin silaturahmi dan menambah wawasan plus semangat untuk mengabdi ke masyarakat. Nanti saya update lagi yaa...

Monday 17 March 2008

Datuk: Policy Modelling, Development Planning

Datuk Ary Adriansyah Samsura, atau dipanggil Ary/Datuk, adalah alumni PL ITB angkatan 1998. Aktivitas/ pekerjaan sekarang katanya sih "masih belajar euy". Minat Datuk meliputi transportation infrastructure investment, land development, policy analysis, game theory, institutional economics (yang dua terakhir tentunya dalam kaitannya dengan perencanaan wilayah dan kota).

Datuk pernah mengikuti program S2 di Delft, Belanda, tepatnya di Delft University of Technology, Master program of Engineering Policy Analysis (EPA), selama periode 2004 – 2006. Menurut Datuk:
"Sebenarnya program studi ini lebih dekat ke Teknik Manajemen Industri daripada ke dunia per-plano-an. Tapi meski begitu metoda-metoda yang ditawarkan bisa dipake juga di dunia planologi, terutama sebagai pendukung proses pengambilan keputusan. Meski proses pengambilan keputusannya ga spesifik dan ga fokus ke persoalan spatial planning seperti GIS, tapi setidaknya dapat memberikan panduan dalam memodelkan proses berfikir untuk mencapai keputusan yang optimal (jadi semacam decision making modeling gitu lah)".


Sejak 2007 Datuk melanjutkan studi S3 di Nijmegen (baca: Naimekhen – dengan bunyi ‘kh’ halus), Belanda, tepatnya pada Radboud University Nijmegen, Department of Spatial Planning, Governance and Places (GaP), denga research teams: Transportation and Spatial Development dan Land Policy and Location Development. Datuk berharap S3nya kelar pada tahun 2011. Datuk menjelaskan:

"Penelitian saya sebenarnya biasa-biasa ajah. Pada dasarnya riset sayah berkutat di persoalan proses pengambilan keputusan dalam ranah publik. Jadi semacam collective decision making gitu deh. Kacamata analysisnya pake Game Theory dalam frame Institution Economics; kasusnya tentang pendanaan untuk pembangunan infratruktur transportasi; sementara issuenya terkait dengan peningkatan harga lahan dan bangunan sebagai akibat pembangunan infrastruktur publik yang dalam kasus saya tentunya berupa infrastruktur transportasi, dan lebih spesifik lagi, stasiun kereta api".

Saturday 15 March 2008

Bobby: GIS Developer

My name is M. Reinur Pohan (Bobby). I received my master's degree from University of Calilfornia, Berkeley in City and Regional Planning (MCP) in 2002. I went straight after graduating from PL-ITB in 1999. I have been working for a company called Michael Baker Jr, Inc. since 2006. This is my third job so far in the US. I work as a Software Systems Developer II / GIS Developer.

Saut: Disaster Management

Nama saya Saut, alumni PL'96 ITB, sama dengan Atar yang sudah gabung sebelumnya di milist ini. sekarang posisi S3 di Kyoto sedang belajar tentang manajemen bencana alam.

sukses selalu dan salam hangat!

Niken: Urban Environmental Management

Niken Prilandita atau dipanggil Niken adalah alumni S1 PL ITB, angkatan masuknya 2001. Niken memiliki minat pada perencanaan kota, perancangan kota, dan manajemen lahan. Sejak tahun 2007, Niken melanjutkan studinya di Asian Institute of Technology (AIT), Thailand, tepatnya program MSc. Urban Environmental Management. Prodi ini merupakan gabungan antara ilmu ‘Urban Planning’ dan ‘Environmental Management’. Intinya adalah manajemen perkotaan dengan fokus untuk menanggulangi isu-isu lingkungan demi terciptanya pembangunan kota yang berkelanjutan (halah...). Materi kuliah sangat praktis dan project-based. Sedikit belajar teori, lebih banyak kepada konseptual dan kemungkinan penerapannya, serta contoh-contoh keberhasilan dan kegagalan penerapan konsep tersebut di negara-negara berkembang. Kelebihan prodi ini adalah:

  • Sebagian besar mahasiswa Prodi ini mendapat beasiswa penuh (SPP+biaya hidup+tiket pesawat)
  • Khusus program Master, proses seleksi tanpa melalui wawancara, hanya aplikasi saja.
  • Cuaca dan budaya setempat mirip dengan Indonesia.
  • Tidak perlu khawatir tentang kemampuan bahasa Inggris, karena nyaris semua mahasiswa dan dosennya bukan native speaker, jadi kalau salah2 dikit masih dimaklum…
  • Tersedia kesempatan magang/internship.
  • Biaya hidup sehari-hari murah (sama dengan di Bandung).
  • Bisa pulang setiap libur semesteran karena ada penerbangan murah AirAsia.

Adapun kekurangan :

  • Jatah beasiswa untuk mahasiswa Indonesia di Prodi ini dibatasi hanya l.k. 3 orang per tahunnya.
  • Kendala komunikasi dengan penduduk lokal.

Pesan/saran untuk peminat: Kalau memang tertarik silakan daftar.

Thursday 13 March 2008

Putri '01: urban environmental management

Nama saya Suryaputrianita Satyanugraha atau sering dipanggil dengan nama Putri atau Puw. Saya adalah lulusan S1 PL ITB, angkatan 2001 (tahun masuk). Sekarang saya adalah master student di Asian Institue of Technology (AIT) di Pathumthani (kalau dari Bangkok hanya memerlukan ongkos 30 baht saja, atau kurang lebih 10 ribu rupiah), Thailand. Disini saya mengambil jurusan Urban Environmnetal Management (UEM), School of Environment, Resources, and Development (SERD).

UEM itu sebenernya plano banget. Mungkin lebih ke pengembangan dari Plano itu sendiri. Karena katanya sekarang ada perubahan paradigma dari hanya planning menjadi managing. Dari namanya terlihat bahwa di jurusan ini ditekankan aspek urban environmental-nya. Kadang sering berasa jurusan ini gabungan dari PL dan TL, tapi tidak perlu khawatir, karena aspek lingkungannya sebatas pada level planning dan managing itu sendiri. Istilah-istilah seperti Solid Waste Management, Wastewater Management, dan teman-temannya mungkin bisa dibilang makanan sehari2 disini.

Kalau dilihat dari pilihan mata kuliah yang ditawarkan, sebenarnya lingkup UEM sendiri cukup luas. Buat yang tertarik teknikal, ada. Buat yang tertarik planning, ada. Buat yang tertarik economic development, ada. Bahkan buat yang tertarik ke good governance issues sampai ke conflict resolution pun ada. Segala aya lah ya. Jadi tinggal kembali ke minat masing2 studentnya. Intinya mah bagaimana me-manage sebuah kota untuk mencapai sustainable development, gitu tah.

Disini kita lebih memperdalam hal-hal yang praktikal. Lalu menurut saya sih, buat kita yang punya background plano bakal tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran yang ada. Malahan ada beberapa kuliah yang agak2 mengulang, seperti misalnya teori-teori perencanaan, atau perencanaan infrastruktur (sounds familiar kan?).

Buat kesempatan internship sendiri, di AIT banyak tawaran, tergantung kita bisa berkompetisi dengan yang lain ato tidak. Lalu gosipnya pihak CIDA (support donor kita) bakal meng-arrange internship dengan lembaga2 teman mereka. Kan lumayan tuh, bisa dipakai buat nambah pengalaman dan juga ngisi CV, buat masa dengan yang lebih baik.

Bahasa yang digunakan adalah bahasa inggris. Jadi gak usah khawatir mengenai belajar bahasa cacing yang mirip honocoroko itu. Selain itu sistem di AIT itu bisa dibilang lebih flexibel. Kenapa? Karena dari 10 mata kuliah yang harus kita ambil (28 sks, karena 22 sks sisanya adalah thesis) hanya ada 4 mata kuliah wajib. Jadi kalau emang kita tertarik ke mata kuliah di jurusan lain, jurusan mana aja, bisa diambil. Bahkan ambil course ke manajemen pun gak masalah. seru kan?

Oh iya, disini kita bukan minoritas. Maksudnya, pelajar yang belajar disini memang dating dari berbagai macam Negara. Bahkan orang Indonesia yang terdaftar sebagai pelajar pada semester ini terhitung lebih dari 70 orang. Jadi memang banyak temannya. Belum lagi kalau ada acara ngumpul2 di kbri. Bakal banyak banget mahasiswa yang datang. Lumayan buat yang masih mencari jodoh.

On site student accommodation mungkin bisa menjadi nilai plus. Disini memang disediakan fasilitas dormitory yang tersedia dalam berbagai pilihan kelengkapan. Dan yang paling penting, biaya hidup di kampus gak terlalu jauh beda sama di bandung. Jadi kalo bisa pinter2 me-manage uang bulanan, lumayan lah bisa nabung2.

Kekurangannya apa yah, bingung. Perasaan mah tidak ada. Hihihi. Paling karena para pengajarnya juga megang berbagai macam proyek (terutama yang berhubungan dengan CIDA), jadi kadang kalau lagi musimnya suka sering tidak ada kuliah dan berakibat menumpuknya make-up class. Tapi secara keseluruhan tidak ada kekurangan yang amat menonjol.

Karena jurusan ini didukung oleh CIDA (paling tidak sampai 2010), jadi tersedia scholarship. Waktu Agustus 2007 ada 3 orang Indonesia yang diterima dengan full scholarship hanya untuk jurusan ini. Tapi sayang yang satunya mengundurkan diri. Untuk ngelamar beasiswanya pun tidak rumit dan syarat nya juga tidak terlalu sulit untuk dipenuhi. Jadi pantas utuk dicoba :D

Wednesday 12 March 2008

Kiki '00: rural and economic development

Nama lengkapnya Sri Rezeki Maretini tapi panggilannya Kiki. Kiki itu alumni PL ITB, masuknya thn 2000. Dulu terkenal dengan keahlian di bidang statistik utk perencanaan, tapi sekarang Kiki juga mendalami pariwisata dan pengembangan perdesaan. Sekarang Kiki memasuki Semester 2 Master of Nutrition and Rural Development (Program kekhususan Rural Economics and Management), Bio-Science Engineering, Ghent University, Belgia. Isi kuliahnya seputar Rural Economics and Management. Kata Kiki:

'Buat yang tertarik dengan rural economics and development, kuliah disini kena banget..Selain itu kalau benar2 tertarik ingin berkarir di bidang ini, kesempatan sangat terbuka lebar untuk bekerja di organisasi2 internasional atau bawa pulang ilmu untuk pengembangan economic policy ke Indonesia. Di semester dua ada mata kuliah Seminar, bagus untuk pengembangan jaringan'.

Kiki lanjut, kekurangan program ini 'karena program ini terhitung baru, jarang ada beasiswa..Sementara ini di angkatan saya hanya ada 9 students'. Bagi anda yang berminat, Kiki berpesan: 'coba cari beasiswa langsung ke Universitas Gent atau Nestle, kebetulan Koordinator program studi saya juga sangat aktif dan insyaAllah kalau kontak dia, dia bisa bantu carikan beasiswa untuk kita'.

Wednesday 5 March 2008

Delik: urban and metropolitan planning

Delik Hudalah atau panggil saja Delik adalah alumni PL ITB angkatan masuk 2000. Minat Delik terkait perencanaan kota, perumahan, kelembagaan perencanaan, teori perencanaan, dll.

Delik sempat mengikuti program MSc. Environmental and Infrastructure Planning (EIP), University of Groningen, NL pada periode 2005-2006. Program S2 12 bulan ini memiliki fokus pada perencanaan wilayah dan kota dengan konsentrasi pengembangan infrastruktur dan perlindungan lingkungan. Substansi kuliah diarahkan pada peningkatan kompetensi dalam proses pengambilan keputusan dalam perencanaan. Kelebihan program terletak pada implikasi pemahaman teoretis, berguna terutama bagi mereka yg akan terlibat dalam proses pengambilan keputusan, mengenali isu2 mutakhir dalam perencanaan (mis. global change, water management, etc.), dan belajar praktek perencanaan dari pengalaman negara2 maju, khususnya Eropa dan Belanda yang terkenal dengan sebutan ' planners' paradise'. Kekurangannya adalah bobot pemahaman teoretis/konsepsual yang cukup besar, beban kuliah lumayan padat (krn desain program 1 thn), sedikit ilmu2 teknisnya seperti GIS, kurangnya konteks negara berkembang. Jika anda tertarik belajar hal2 teknis jangan deh ambil program ini. Namun, jika tertarik memahami proses pengambilan keputusan dalam perencanaan, khususnya terkait isu2 terkini dalam infrastruktur dan lingkungan, mungkin ini salah satu alternatif yang cocok.

Sejak awal 2007 Delik mengikuti program S3 pada universitas yang sama. Penelitiannya terfokus pada kompleksitas transisi desa-kota dan implikasinya terhadap perencanaan. Sebagian ide dan karyanya ditunjukkan pada blog urban and regional studies.

Tuesday 4 March 2008

Pungky: earth science

Pungky Utami atau akrab dipanggil Pungky adalah lulusan S1 PL ITB angkatan masuk 1997. Motivasi Pungky bergabung dengan milis plitbabroad adalah untuk memperluas jaringan untuk berbagi pengalaman, tips, berdiskusi, dan menambah teman. Pada periode 2007-2008, Pungky merupakan full-time student pada MSc. Science of Natural Hazards, University of Bristol, UK. Dengan program S2 ini, Pungky belajar hal baru di luar keplanologian yang terkait dengan ilmu kebumian.

Monday 3 March 2008

Adiwan: regional economics, GIS

Adiwan Fahlan Aritenang, atau erat dipanggil Adiwan, Adi, atau Wan adalah alumni s1 PL ITB angkatan 2000. Adiwan sekarang mahasiswa dan peneliti S3. Minat keplanologian Adiwan sejak dahulu terkait kewilayahan. Khususnya sekarang Aiwan sedang menyelami ekonomi wilayah, analisis keruangan, dan globalisasi.

Pada periode 2005-2006, Adiwan mengikuti program s2 Geographic Information Technology di the University of Melbourne, Australia. Program tsb fokus mempelajari berbagai ilmu dasar terkait dengan sistem informasi geografi seperti GIS, GPS, WebGIS, administrasi pertanahan, database 3 dimensi, remote sensing, dll. Keuntungan dari program ini menurut Adiwan adalah:

  • Perpustakaan lengkap dan bisa akses perpustakaan ke universitas lain di Victoria state (Monash Univ, RIMIT, dll) .
  • Peralatan lab yang lengkap (komputer, remote sensing goggle, GPS).
  • Bisa instal software di pc individu untuk 1 tahun.

Sementara kekurangannya adalah program ini cocok 'untuk research, lebih fokus ke engineering side of GIS daripada ke aplikasi'. Adapun pesan/saran untuk para peminat program serupa:

'Banyak baca buku+literature ttg GIS untk mencari kampus yang tepat karena focus setiap departemen GIS di Universitas beda-beda. Misal di Melbourne univ focus ke information technology, di Curtin Univ lebih ke arah GIS untuk pertanian dll'.

Sejak tahun 2007, Adiwan melanjutkan studi S3 di University College London (UCL), UK. Penelitian S3 nya berfokus pada ekonomi geografi dan ekonomi wilayah, khususnya agglomerasi, industry spatial network, dan globalisasi. Kelebihan UCL menurut Adiwan adalah:

  • Terletak di tengah kota London, Departement Geography UCL sangat besar (Human, physical, social, economy) dan peringkatnya kompetitif.
  • Perpustakaan sangat lengkap dan ratusan e-jurnal.
  • Ada fasilitas “remote server software” jadi bisa akses semua software yang ada di kampus cukup dengan koneksi internet ke server software kampus.
  • Banyak pelatihan gratis untuk mahasiswa S2-S3 misal training bahasa, software komputer, metode penelitian, dan training oleh perusahaan

Sementara kekurangannya adalah (biaya) sekolah mahal, biaya hidup mahal. Pesan/saran Adiwan untuk peminat:

  • Biaya studi di UK sangat mahal jadi pastikan pilih jurusan yang diinginkan.
  • Di London ada 3 kampus besar untuk minat yang berbeda UCL (kedokteran, geography, dan planning), Imperial College (bioteknologi dan teknik), dan London School of Economics (Economi dan politik).
  • Untuk lebih murah, bisa cari kampus di luar London.

Sunday 2 March 2008

Arief: public policy

Arief Mulya Ramadhian (Arief) adalah alumni PL ITB angkatan 2001. Minat Arief di kebijakan publik.

Arief sekarang statusnya 'student ajah' (ini sy copy paste lho, mudah2an ga ambigu). Sejak awal 2007, Arief melanjutkan bangku kuliah di University of Queensland, Brisbane, Australia. Tepatnya Arief ngambil Master of Governance and Public Policy. Berikut penjelasan Arief perihal program ini:

'This program focuses on issues of governance and analyses how society deals with challenges and policy problems, often by combining the resources of government, private and community sectors. Students develop practical knowledge combined with high level research skills and a critical, enquiring approach to questions of governance and policy development in the new millennium. Students will be exposed to leading thinkers and debates in the public, private and community sectors, and will develop capacities to enhance effectiveness in the workplace and gain a better understanding of the way governments operate as well as the major public issues confronting our society'.

Selanjutnya, Arief menilai kelebihan universitasnya adalah 'university ranking ketiga di Australia, fasilitas univ sangat lengkap'. Sementara kekurangannya 'siap2 dgn assignment (ini sih di tiap kuliah di tiap univ pasti ada!!)'. Adapun pesan/saran untuk peminat: 'banyak baca koran & majalah, update perkembangan politik'.

Saturday 1 March 2008

Agung '01: urban and metropolitan planning

Nama lengkapnya Agung Mahesa Himawan Dorodjatoen. Kyknya nama terpanjang di milis nih, tapi anehnya panggilannya 'Agung, hmm, di milis panggilannya jadi GungCil ;)'. Tp yg jelas bukan krn paling kecil. Agung itu lulusan PL ITB, masuknya angkatan 2001. Sempat menjabat sbg KaHimp.

Awalnya Agung tertarik dengan topik perumahan, khususnya slums/squatters. Karena menilai (hampir) semua perencanaan dilakukan untuk meningkatkan “livability” dari wilayah di mana manusia tinggal . Bicara manusia, semestinya juga bicara rumah.... Sampai sekarang masih memahami “squatting” sebagai bentuk bantuan kepada pemerintah dari masyarakat yang tepinggirkan dalam menyediakan rumah; dan bukan sebagai upaya merusak keindahan kota.

Sekarang, mencoba mendalami topik metropolitan; masih “in the middle of nowhere”, berharap semoga bisa menemukan titik terang =) Dalam kategorisasi “perencana”, saya lebih cenderung memiliki pemikiran “planner as bureaucrats”; kadang juga masih suka bingung sebenernya minat ke bidang “kebijakan publik”, atau “perencanaan”.

Bakat keplanologian? Halah, ga ada ini mah... ada juga bakat ngegaring hehe'

Sekarang Agung sedang melanjutkan studi S2 di Faculty of Geoscience, Utrecht University, Belanda. Agung mengikuti program master (by research) Human Geography and Planning; Yaitu 'program master 2 tahun, di mana mahasiswa diberi kebebasan untuk memilih jalur yang disukai, terutama untuk tahun kedua. Tahun pertama diisi oleh kuliah-kuliah formal, tahun kedua diisi antara lain: tesis, “study abroad” , “internship” dan kesempatan mengikuti seminar-seminar'.

Kelebihan program ini menurut Agung adalah 'bisa dirancang sesuai selera; riset bidang geografi (spatial science) mendapat focus yang sangat besar dan berada di bawah naungan lembaga riset NETHUR (bersama Groningen, Delft dan Nijmegen University). Di samping itu, Utrecht juga memiliki kelompok risetnya (URU - The Urban and Regional Research Centre Utrecht. Master by research HGPL ini juga merupakan salah satu “Prestige Master”; di mana peluang untuk mendapatkan beasiswa dari Utrecht University lebih besar dibanding program master regular. Belajar di kelas dengan mahasiswa yang tidak cukup banyak (11-15 orang); memungkinkan dosen memantau perkembangan tiap mahasiswa (dan dosennya cukup toleran terhadap proses adaptasi kita)' .

Adapun kekurangannya 'baru berdiri sekitar 5-6 tahun (program masternya, bukan fakultasnya), jadi masih agak kurang stabil. Meskipun bernama HGPL, sama sekali tidak menawarkan kuliah Planologi (kuliah Planologi selama ini hanya tersedia dalam Bahasa belanda); namun, diperkirakan untuk tahun ajaran berikutnya, akan menawarkan kuliah Planologi dalam bahasa Inggris. Website kurang terurus, sehingga semua informasi masih simpang siur. Koordinasi penjadwalan program juga kadang masih terkesan kurang teratur. Untuk tahun ajaran ini saja, pendafataran ke institusi2 pendidikan yang memungkinkan mahasiswa untuk “study abroad” terlambat. Ini menyebabkan pilihan institusi yang masih ada menjadi terbatas'.

Lebih jauh, Agung memiliki pesan/saran untuk para peminat program ini:

  • Pilih topic tesis anda (kalau bisa sekalian lokasinya) sebelum berangkat dan mulai kuliah
  • Buka website fakultas/jurusan, dan desain kuliah (terutama mata kuliah pilihan) yang akan Anda ambil. Lakukan ini selama masih di Indonesia. Kadang kala informasi yang ada belum lengkap; namun bisa diusahakan untuk minta course manual tahun lalu dari dosen2 yang ada. Alamat email dosen2 di jursan HGPL ada di koordinator program. Ada juga di nama2 staf, Cuma ga ada alamat email. Baiknya emang email coordinator program saja. He knows what best for you =p)
  • Salah satu opsi beasiswa bisa dicek di sini
  • Latihan baca tekstbook bahasa Inggris (terutama buat yang bahasa Inggrisnya pas2an kaya saya hehe), karena percayalah di sini kemampuan”membaca cepat” sangat diutamakan.
  • Siap-siap untuk mandiri. Di program ini, tuntunan dari dosen sangat minim. Kalau pun ada, kita diminta untuk membuat sketsa pemikiran dulu sebelum menghadap. Minta topic tesis dari dosen? Bisa aja sih, Cuma kecil kemungkinan dikasih hehe.