Monday, 17 March 2008

Datuk: Policy Modelling, Development Planning

Datuk Ary Adriansyah Samsura, atau dipanggil Ary/Datuk, adalah alumni PL ITB angkatan 1998. Aktivitas/ pekerjaan sekarang katanya sih "masih belajar euy". Minat Datuk meliputi transportation infrastructure investment, land development, policy analysis, game theory, institutional economics (yang dua terakhir tentunya dalam kaitannya dengan perencanaan wilayah dan kota).

Datuk pernah mengikuti program S2 di Delft, Belanda, tepatnya di Delft University of Technology, Master program of Engineering Policy Analysis (EPA), selama periode 2004 – 2006. Menurut Datuk:
"Sebenarnya program studi ini lebih dekat ke Teknik Manajemen Industri daripada ke dunia per-plano-an. Tapi meski begitu metoda-metoda yang ditawarkan bisa dipake juga di dunia planologi, terutama sebagai pendukung proses pengambilan keputusan. Meski proses pengambilan keputusannya ga spesifik dan ga fokus ke persoalan spatial planning seperti GIS, tapi setidaknya dapat memberikan panduan dalam memodelkan proses berfikir untuk mencapai keputusan yang optimal (jadi semacam decision making modeling gitu lah)".


Sejak 2007 Datuk melanjutkan studi S3 di Nijmegen (baca: Naimekhen – dengan bunyi ‘kh’ halus), Belanda, tepatnya pada Radboud University Nijmegen, Department of Spatial Planning, Governance and Places (GaP), denga research teams: Transportation and Spatial Development dan Land Policy and Location Development. Datuk berharap S3nya kelar pada tahun 2011. Datuk menjelaskan:

"Penelitian saya sebenarnya biasa-biasa ajah. Pada dasarnya riset sayah berkutat di persoalan proses pengambilan keputusan dalam ranah publik. Jadi semacam collective decision making gitu deh. Kacamata analysisnya pake Game Theory dalam frame Institution Economics; kasusnya tentang pendanaan untuk pembangunan infratruktur transportasi; sementara issuenya terkait dengan peningkatan harga lahan dan bangunan sebagai akibat pembangunan infrastruktur publik yang dalam kasus saya tentunya berupa infrastruktur transportasi, dan lebih spesifik lagi, stasiun kereta api".

1 comment:

Unknown said...

collective decision making : kasusnya tentang pendanaan untuk pembangunan infratruktur transportasi; sementara issuenya terkait dengan peningkatan harga lahan dan bangunan sebagai akibat pembangunan infrastruktur publik' .
Ya, sebenarnya pasti menarik, karena disana akan ada transformasi dari kepentingan individu kedalam kepentingan bersama.
Pertanyaanya : bagaimana proses transformasi diatas dengan menggunakan berbagai model analisis ataupun mekanisme partisipasi ? Tolong di urai lebih rinci, bagaimana pendekatan yg dipakai dan lesson learned nya.
terimakasih
guritno