Riela Provi Drianda, atau lebih akrab dipanggil Riela, terdaftar sebagai alumnus S1 PL ITB angkatan 2000. Saat ini Riela sedang menyusun tesis master di bawah bimbingan Prof. Isami Kinoshita, kepala laboratorium Perencanaan dan Manajemen Lansekap, Universitas Chiba yang juga merupakan koordinator umum Proyek Growing Up in Cities-UNESCO Jepang. Kesuksesan sekumpulan anak di wilayah Setagaya-Jepang untuk menuntut ruang publik yang lebih layak, yang kemudian diwujudkan dalam proses perancangan Taman Tanuki- dimana anak-anak berpartisipasi aktif sebagai perencana, arsitektur, dan mandornya- telah menginspirasi Riela untuk terus mendalami riset mengenai kota ramah anak, atau di Indonesia lebih terkenal sebagai kota layak anak. Berbagai tulisan ringan seputar riset dan kehidupan di negeri Jepang telah dituangkannya di sini.
Disponsori beasiswa Monbukagakusho, pada tahun 2006, Riela mendapatkan kesempatan untuk menjadi mahasiswa peneliti di Fakultas Hortikultur, Universitas Chiba dengan wilayah pengamatan studi Setagaya-Tokyo. Setahun kemudian, Riela mengikuti program studi master di universitas yang sama. Topik penelitian pada tahun 2007 adalah mengenai evaluasi ruang perkotaan oleh anak-anak, studi kasus wilayah Kita-Kogane, Chiba. Tahun ini, topik penelitian lebih terfokus pada bagaimana menunjang anak-anak untuk bermain dan beraktivitas dengan aman dan nyaman di ruang perkotaan.
Satu-satunya kendala untuk mengenyam studi program master di universitas ini terkait dengan penggunaan bahasa pengantar. Satu tahun pertama akan menjadi saat-saat yang membingungkan untuk beradaptasi dengan atmosfir kuliah yang sangat kaku dan tentu saja konten mata kuliah maupun penjelasan di seminar yang tidak bisa dimengerti oleh seseorang dengan level kemampuan bahasa Jepang yang rendah. Tahun kedua, mungkin akan lebih rileks mengingat studi akan lebih terfokus ke riset bukan ke mata kuliah dan tesis boleh ditulis dalam bahasa Inggris. Namun, untuk program doktor, dibuka kelas-kelas internasional dengan bahasa pengantar Inggris dan tentu saja kemampuan bahasa Jepang level lanjut tidak mutlak harus dimiliki oleh calon mahasiswa.
Riela berharap milis plitb-abroad mampu menjadi ajang yang baik untuk mengembangkan jejaring dan tentu saja teman seperjuangan untuk menciptakan lingkungan kota yang semakin ramah anak.
1 comment:
Di Kota Bogor (tempat saya tinggal sekarang) juga ada beberapa komunitas (lsm) yang konsen di tata ruang layak anak. Kalo di level akademisi tampaknya belum ada tuh...
Post a Comment