Wednesday 23 April 2008

Social experiment method

Pengertian

Eksperimen bermaksud mengamati hubungan antara X dan Y (bisa juga lebih dari dua variabel. Misalnya sejauh mana X mempengaruhi Y, bagaimana X mempengaruhi Y. Cara melihatnya dengan melakukan percobaan (eksperimen), dimana variabel lain selain X dikontrol. Jadi kalau Y berubah, itu pasti karena perubahan pada X, bukan faktor-faktor lain.

Metode social experiment sangat menarik karena diturunkan dari metode eksperimen yang biasa dilakukan ilmuwan-ilmuwan ilmu pasti. Jika eksperimen di lab yang menjadi objeknya tikus, kelinci, tanah, dll. maka pada social experiment, yang menjadi objek percobaannya adalah manusia, makhluk sosial. Disebut sosial karena mungkin objeknya khas dan dinamis, bisa berbeda-beda di tiap lokasi, budaya, dan unik. Jadi, sebenarnya sama saja hanya objek (subjek) yang ditelitinya saja yang "sosial".

Tipologi dan aplikasi

Metode eksperimen dapat dibagi 3, menurut Bryman: Field experiment, laboratory experiment dan quasi-experiment.

a) field experiment ini sebenarnya yang pada umumnya digunakan oleh social researcher, di mana eksperimen dilakukan pada "real-life setting". Contohnya mau mengecek bagaimana pengaruh harapan orang lain pada seseorang bisa mempengaruhi perilaku keseharian orang itu. Misalnya, bagaimana harapan guru terhadap murid-murid tertentu yang dianggap pintar bisa berpengaruh terhadap nilai akademis mereka di kemudian hari. Maka si peneliti, secara acak, bisa memilih 10 murid di antara 50 murid sebagai sampelnya. 10 murid itu itu diberi label : anak jenius , dan hal ini disampaikan kepada sang guru. Lantas pada akhir tahun ajaran dicek, apakah nilai-nilai kesepuluh murid itu berbeda dengan nilai-nilai 40 murid lainnya? bila iya, maka bisa diidentifikasi hubungan kausalitas antara "harapan guru terhadap murid" (X variable) dan "nilai akademis murid tersebut" (Y variable). Dengan field experiment, hubungan kausalitas antara X dan Y bisa lebih dipastikan; dan ini dalam riset sosial disebut validitas internal.

b) Laboratory experiment, eksperimen tipe ini dilakukan di "laboratory setting", ruangan tertutup dengan intervensi dan manipulasi sebanyak mungkin yang diinginkan researcher. Contohnya melihat pengaruh tingkat kebisingan di tempat kerja, terhadap konsentrasi dan produktivias pekerja. Pekerja dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama, diberi suara bising, kelompok kedua tidak. Setelah itu mereka dites, dan dilihat hasilnya. Keacakan pemilihan sampel ke dalam grup-grup yang ditentukan harus dipelihara. Jadi misalnya ada 40 pekerja, dibagi 2 grup (ditempatkan di dua ruangan berbeda, satu bising dan satu tidak), pembagian 20-20 itu harus acak. Adapun pemilihan dua grup bertujuan untuk memperkuat validitas internal dari eksperimen tersebut. Dengan adanya grup yang tidak diberi kebisingan, maka hubungan kausalitas antara "kebisingan" dan produktivitas kerja dapat lebih terjamin, dibandingkan dengan hanya menggunakan satu grup saja. Dalam tipe B ini dapat dilihat bagaimana lingkungan di sekitar sampel dimanipulasi layaknya kondisi di laboratorium. Yang membedakan tipe a dan b adalah validitas ekologi. Pada tipe a, validitas ekologinya tinggi, sebab temuannya bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sementara tipe b hanya berlaku pada setting tertentu saja.

c) Quasi experiment; dalam eksperimen ini, prinsip keacakan ditinggalkan. Tipe c ini bermanfaat dalam menguji hasil penerapan sebuah kebijakan. Misalnya, pemerintah menaikkan harga BBM, dan ingin mengtahui efek kenaikan harga BBM tsb terhadap kesehatan PNS. Ada pun PNS yang akan dites ini diklasifikasikan ke dalam 3 grup: PNS yang berpendapatan rendah, menengah dan tinggi. Jadi PNS-PNS yang ada di pemerintahan tidak secara acak dibagi ke dalam 3 grup, melainkan dibagi berdasarkan pendapatan. Pada penelitian urban planning, untuk tipe C mungkin bisa berupa (misalnya) evaluasi dampak akibart dikeluarkannya UU Tata ruang yang baru terhadap keberadaan taman kota.

Kontributor: Agung '01, Sari, Adiwan, Kinoy
Editor: Delik

No comments: